5/5 Adhyaksa P. 4 years ago on Google
(Translated
by
Google)
The
history
of
the
founding
of
the
Gedong
Arca
Archaeological
Museum
is
inseparable
from
the
history
of
the
establishment
of
the
Bali
Cultural
Preservation
Hall,
the
working
area
of
the
Provinces
of
Bali,
West
Nusa
Tenggara
and
East
Nusa
Tenggara
because
the
Gedong
Arca
Archaeological
Museum
is
one
of
the
working
groups
of
the
Bali
Cultural
Heritage
Preservation
Hall.
After
a
period
of
independence
the
Archaeological
Office
began
to
open
offices
in
regions,
including
Yogyakarta,
Prambanan,
and
Makassar.
In
1951,
the
Antiquities
Office
was
merged
into
the
Antiquities
Office
under
the
auspices
of
the
Ministry
of
Culture
and
Culture
Department
and
along
with
it
in
Bali
the
Antiquity
Department
of
the
Makassar
Branch
Building
Section
located
in
the
village
of
Bedulu,
Blahbatuh,
Gianyar,
Bali
under
the
leadership
of
J.C
Krijgman.
The
choice
of
location
in
the
village
of
Bedulu
is
due
to
the
dense
findings
of
ancient
relics
found
in
the
area
of
Bali.
The
Archaeological
Service
Section
of
the
Makassar
branch
building
became
the
forerunner
of
the
Bali
Province
Historical
and
Archaeological
Asylum,
which
later
led
to
the
Republic
of
Indonesia
Minister
of
Education
and
Culture
SK.
Number
0767/0/1989,
on
December
7,
1989,
it
was
changed
to
the
Asylum
and
Archeology
of
the
Province
of
Bali-NTB-NTT-East
Timor
(SPSP
Bali-NTB-NTT-East
Timor).
Since
January
2003
it
has
been
changed
into
the
Gianyar
Archaeological
Heritage
Preservation
Hall
(BP3
Gianyar),
the
working
area
of
the
provinces
of
Bali,
West
Nusa
Tenggara
and
East
Nusa
Tenggara.
Because
there
are
so
many
ancient
artifacts
found
by
BP3
Bali,
the
idea
of
establishing
a
museum
emerged.
The
museum
was
founded
with
the
aim
of
saving,
exhibiting
or
displaying
objects
of
cultural
preservation
from
the
field
of
conservation
activities
carried
out
by
BP3
Bali.
Besides
this
museum
serves
to
provide
preliminary
information
about
the
Cultural
Heritage
Objects
in
Bali.
The
construction
of
the
museum
has
been
pioneered
since
195-1959
which
was
initiated
by
DR.
R.P
Soejono,
who
at
that
time
served
as
Head
of
the
Archaeological
and
National
Heritage
II
Branch
Office
in
Gianyar.
As
a
start
to
the
realization
of
the
establishment
of
this
museum,
at
first
erected
several
buildings
with
palm
roofs
located
on
the
inner
page.
This
building
is
used
to
store
objects
saved
in
the
field
such
as
some
sarcophagi.
During
Dr.
MM
Soekarto
K.
Atmojo,
the
construction
of
the
museum
was
continued
with
physical
development
such
as
the
construction
of
the
entire
perimeter
wall,
the
entrance
in
the
form
of
a
brief
temple,
a
doorway
with
a
shingle
roof
located
in
the
outer
/
southern
courtyard,
a
peg
board
and
four
buildings
(gedongO
in
the
middle
yard
which
were
then
used
to
use
as
a
permanent
exhibition
site,
during
his
leadership
period
the
museum
was
officially
opened
by
the
Director
General
of
Culture
of
the
Ministry
of
Education
and
Culture
of
the
Republic
of
Indonesia
on
September
14
under
the
name
Gedong
Arca
Museum.
(Original)
Sejarah
berdirinya
Museum
Arkeologi
Gedong
Arca
tidak
terlepas
dari
sejarah
berdirinya
Balai
Pelestarian
Cagar
Budaya
Bali
wilayah
kerja
Provinsi
Bali,
Nusa
Tenggara
Barat,
dan
Nusa
Tenggara
Timur
karena
Museum
Arkeologi
Gedong
Arca
merupakan
salah
satu
kelompok
kerja
Balai
Pelestarian
Cagar
Budaya
Bali.
Setelah
masa
kemerddekaan
Jawatan
Purbakala
mulai
membuka
kantor
di
daerah,
diantaranya
Yogyakarta,
Prambanan,
dan
Makasar.
Pada
tahun
1951,
Jawatan
Purbakala
dilebur
menjadi
Dinas
Purbakala
dibawah
naungan
administrasi
Jawatan
Kebudayaan
Kementrian
P.P
dan
K.
bersama
dengan
itu
di
Bali
dibentuk
Dinas
Purbakala
Seksi
Bangunan
Cabang
Makasar
yang
berlokasi
di
desa
Bedulu,
Blahbatuh,
Gianyar,
Bali
dibawah
pimpinan
J.C
Krijgman.
Pemilihan
lokasi
di
desa
Bedulu
ini
karena
padatnya
temuan
peninggalan
purbakala
yang
terdapat
di
daerah
Bali.
Dinas
Purbakala
Seksi
Bangunan
cabang
Makasar
inilah
yang
menjadi
cikal
bakal
Suaka
Peninggalan
Sejarah
dan
Purbakala
Provinsi
Bali
yang
kemudian
adanya
SK
Mentri
Pendidikan
dan
Kebudayaan
RI.
Nomor
0767/0/1989,
tanggal
7
Desember
1989
berubah
menjadi
Suaka
Peninggalan
Sejarah
dan
Purbakala
Provinsi
Bali-NTB-NTT-TimTim
(SPSP
Bali-NTB-NTT-TimTim).
Sejak
Januari
2003
berubah
menjadi
Balai
Pelestarian
Peninggalan
Purbakala
Gianyar
(BP3
Gianyar)
wilayah
kerja
Provinsi
Bali,
Nusa
Tenggara
Barat,
dan
Nusa
Tenggara
Timur.
Karena
banyak
sekali
temuan
peninggalan
purbakala
yang
ditemukan
BP3
Bali,
maka
munculah
ide
pendirianmuseum.
Museum
ini
didirikan
dengan
tujuan
menyelamatkan,
memamerkan
atau
memajang
benda-benda-benda
cagar
budayadari
hasil
kegiatan
pelestarian
dilapangan
yang
dilakukan
oleh
BP3
Bali.
Selain
itu
museum
ini
berfungsi
untuk
memberikan
informasi
awal
mengenai
Benda
Cagar
Budaya
yang
ada
di
Bali.
Pembangunan
museum
telah
dirintis
sejak
tahun1958-1959
yang
diprakasai
oleh
DR.
R.P
Soejono,
yang
pada
saat
itu
menjabat
sebagai
Kepala
Kantor
Lembaga
Purbakala
dan
Peninggalan
Nasional
Cabang
II
Gianyar.
Sebagai
awal
realisasi
pendirian
museum
ini,
mula-mula
didirikan
beberapa
bangunan
dengan
atap
ijuk
yang
terletak
dihalaman
dalam.
Bangunan
ini
digunakan
untuk
menyimpan
benda-benda
hasil
penyelamatan
dilapangan
seperti
beberapa
sarkofagus.
Pada
masa
kepemimpinan
Dr.
M.M
Soekarto
K.
Atmojo,
pembangunan
museum
diteruskan
dengan
pembangunan
fisik
seperti
pembangunan
seluruh
tembok
keliling,
pintu
masuk
berupa
candi
bentar,
sebuah
wantilan
dengan
atap
sirap
yang
terletak
di
halaman
luar/selatan,
sebuahbalai
patok
dan
empat
buah
bangunan
(gedongO
dihalaman
tengah
yang
kemudian
dipergunakan
sebagai
tempat
pameran
tetap
koleksi.
Pada
masa
kepemimpinan
beliau
museum
ini
secara
resmi
dibuka
oleh
Dirjen
Kebudayaan
Departemen
Pendidikan
dan
Kebudayaan
Republik
Indonesia
pada
tanggal
14
September
dengan
nama
Museum
Gedong
Arca.
1 person found this review helpful 👍