5/5 Frenza F. 3 years ago on Google
(Translated
by
Google)
The
Jakarta
Arts
Building
is
an
old
building
from
the
historical
heritage
of
the
Dutch
government
which
still
stands
firmly
in
Jakarta.
Located
at
Jalan
Gedung
Seni
No.
1
Central
Jakarta.
The
building
is
a
place
for
artists
from
all
over
the
archipelago
to
showcase
their
artistic
creations,
such
as
drama,
theater,
film,
literature,
and
so
on.
[1]
This
building
has
a
neo-renaissance-style
building
built
in
1821
in
Weltevreden
which
was
then
known
as
Theater
Schouwburg
Weltevreden,
also
known
as
the
Comedy
Building.
[2]
The
idea
for
this
building
came
from
the
Governor
General
of
the
Netherlands,
Daendels.
Then
realized
by
the
Governor
General
of
England,
Thomas
Stamford
Raffles
in
1814.
[3]
This
historic
building
was
formed
in
the
empire
style
by
the
architect
of
the
Jeni
VOC
officer
Major
Schultze.
[4]
This
luxurious-looking
building
was
used
for
the
first
Pemoeda
Congress
(1926).
And,
in
this
building
also
on
August
29,
1945,
the
first
President
of
the
Republic
of
Indonesia,
Ir.
Soekarno
inaugurated
the
Central
Indonesian
National
Committee
(KNIP)
and
then
met
several
times
in
this
building
[5]
Later
it
was
used
by
the
University
of
Indonesia,
Faculty
of
Economics
&
Law
(1951),
and
around
1957-1961
it
was
used
as
the
Indonesian
National
Theater
Academy
(ATNI).
Subsequently,
in
1968
it
was
used
as
the
"Diana"
cinema
and
in
1969
the
"City
Theater"
cinema.
Only
in
1984
was
its
function
restored
as
the
Arts
Building
(Decree
of
the
Governor
of
the
Special
Capital
Region
of
Jakarta
No.
24
of
1984).
[6]
This
building
was
renovated
in
1987
and
began
to
use
the
official
name
Jakarta
Arts
Building.
Previously
this
building
was
also
known
as
Pasar
Baru
Arts
Building
and
Gedung
Komidi.
[7]
Candles
and
kerosene
were
used
for
lighting
and
then
in
1864
gas
lamps
were
used.
In
1882
electric
lamps
began
to
be
used
for
lighting
in
buildings.
[8]
(Original)
Gedung
Kesenian
Jakarta
merupakan
bangunan
tua
peninggalan
bersejarah
pemerintah
Belanda
yang
hingga
sekarang
masih
berdiri
kokoh
di
Jakarta.
Terletak
di
Jalan
Gedung
Kesenian
No.
1
Jakarta
Pusat.
Gedung
tersebut
merupakan
tempat
para
seniman
dari
seluruh
Nusantara
mempertunjukkan
hasil
kreasi
seninya,
seperti
drama,
teater,
film,
sastra,
dan
lain
sebagainya.[1]
Gedung
ini
memiliki
bangunan
bergaya
neo-renaisans
yang
dibangun
tahun
1821
di
Weltevreden
yang
saat
itu
dikenal
dengan
nama
Theater
Schouwburg
Weltevreden,
juga
disebut
dengan
Gedung
Komedi.[2]
Ide
munculnya
gedung
ini
berasal
dari
Gubernur
Jenderal
Belanda,
Daendels.
Kemudian
direalisasikan
oleh
Gubernur
Jenderal
Inggris,
Thomas
Stamford
Raffles
pada
tahun
1814.[3]
Gedung
yang
bersejarah
ini
dibentuk
dengan
gaya
empire
oleh
arsitek
Arsitek
Para
perwira
Jeni
VOC,
Mayor
Schultze.[4]
Gedung
yang
berpenampilan
mewah
ini
pernah
digunakan
untuk
Kongres
Pemoeda
yang
pertama
(1926).
Dan,
di
gedung
ini
pula
pada
29
Agustus
1945,
Presiden
RI
pertama
Ir.
Soekarno
meresmikan
Komite
Nasional
Indonesia
Pusat
(KNIP)
dan
kemudian
beberapa
kali
bersidang
di
gedung
ini
[5]
Kemudian
dipakai
oleh
Universitas
Indonesia
Fakultas
Ekonomi
&
Hukum
(1951),
dan
sekitar
tahun
1957-1961
dipakai
sebagai
Akademi
Teater
Nasional
Indonesia
(ATNI).
Selanjutnya
tahun
1968
dipakai
menjadi
bioskop
“Diana”
dan
tahun
1969
Bioskop
“City
Theater”.
Baru
pada
akhirnya
pada
tahun
1984
dikembalikan
fungsinya
sebagai
Gedung
Kesenian
(Surat
Keputusan
Gubernur
Kepala
Daerah
Khusus
Ibu
kota
Jakarta
No.
24
tahun
1984).[6]
Gedung
ini
direnovasi
pada
tahun
1987
dan
mulai
menggunakan
nama
resmi
Gedung
Kesenian
Jakarta.
Sebelumnya
gedung
ini
dikenal
juga
sebagai
Gedung
Kesenian
Pasar
Baru
dan
Gedung
Komidi.[7]
Untuk
penerangan
digunakan
lilin
dan
minyak
tanah
dan
kemudian
pada
tahun
1864
digunakan
lampu
gas.
Pada
tahun
1882
lampu
listrik
mulai
digunakan
untuk
penerangan
dalam
gedung.[8]
1 person found this review helpful 👍