5/5 fitrihariami s. 3 years ago on Google
(Translated
by
Google)
Museum
Indonesia,
is
a
museum
of
anthropology
and
ethnology
located
at
Taman
Mini
Indonesia
Indah
(TMII),
Jakarta,
Indonesia.
This
museum
concentrates
on
the
arts
and
culture
of
various
ethnic
groups
that
inhabit
the
archipelago
and
form
the
unitary
state
of
the
Republic
of
Indonesia.
This
museum
is
in
the
style
of
Balinese
architecture
and
is
decorated
with
various
Balinese
carvings
and
statues
that
are
very
smooth
and
beautiful.
This
museum
keeps
a
wide
collection
of
arts,
crafts,
traditional
and
contemporary
clothing
from
various
regions
in
Indonesia.
Indonesian
Museum
The
main
building
of
the
Indonesian
Museum
is
in
a
Balinese
architectural
style
Established
1975
Location
Taman
Mini
Indonesia
Indah,
Jakarta,
Indonesia
Types
Museum
of
Ethnology
and
Anthropology
Website
Indonesian
Museum
This
museum
was
designed
as
part
of
the
integrated
Taman
Mini
Indonesia
Indah.
Aiming
as
a
center
for
information
and
learning
about
Indonesian
Culture,
as
"a
stop
for
learning
about
Indonesia".
The
museum
and
the
entire
TMII
complex
were
built
and
then
inaugurated
in
1975
on
the
initiative
of
Mrs.
Tien
Suharto.
This
museum
is
decorated
with
various
Balinese
ornaments
and
statues
and
has
a
very
beautiful
Balinese
architectural
style.
Several
large
gates
in
the
Balinese
Paduraksa
style
and
Candi
Bentar
(split
gate),
as
well
as
several
corner
towers
adorn
the
museum
complex.
The
park
and
museum
buildings
take
the
theme
of
the
Ramayana
story,
for
example
the
bridge
to
the
main
building
in
the
form
of
a
dragon
snake
and
Wanara,
the
monkey
army
that
built
the
bridge
to
Alengka.
The
main
building
consists
of
three
floors
which
are
based
on
the
Balinese
philosophy
of
Tri
Hita
Karana,
a
moral
concept
that
emphasizes
three
aspects
that
can
bring
humans
to
true
happiness,
namely;
maintaining
a
harmonious
relationship
with
God,
with
fellow
humans,
and
with
nature
and
the
environment
The
permanent
exhibition
room
of
the
Museum
Indonesia
exhibits
a
collection
that
is
divided
into
three
parts,
each
of
which
is
located
on
three
floors.
The
first
floor
exhibition
room
has
the
theme
of
Bhinneka
Tunggal
Ika
(Different
but
one
too).
This
section
displays
traditional
dress
and
wedding
attire
from
27
provinces
in
Indonesia
(number
of
Indonesian
provinces
1975
to
2000).
This
exhibition
room
also
displays
various
Indonesian
arts,
such
as
various
dances,
wayang
and
gamelan,
as
well
as
glass
paintings
with
maps
of
Indonesia.
This
exhibition
displays
the
richness
and
cultural
diversity
of
the
Indonesian
people,
consisting
of
various
Indonesian
languages,
traditions,
religions,
cultures
and
customs.
People
and
the
Environment
are
the
themes
of
the
showroom
on
the
second
floor.
Aims
to
explain
the
interaction
of
Indonesian
people
with
nature
and
the
environment.
On
display
various
miniature
houses
of
traditional
houses,
religious
buildings,
rice
barns,
and
layouts
of
buildings
and
living
spaces
for
Indonesians.
For
example,
houses
on
stilts,
houses
that
are
erected
on
top
of
a
tree
or
on
a
river,
and
various
other
traditional
buildings.
Dioramas
of
parts
of
traditional
Indonesian
houses
are
also
on
display,
such
as
the
Palembang
traditional
bridal
chamber,
the
Javanese
living
room,
and
the
Batak
kitchen.
Also
exhibited
were
various
items
of
daily
necessity
for
hunting,
gathering
food
and
agricultural
tools.
Several
dioramas
feature
traditional
ceremonies
related
to
the
human
life
cycle,
such
as
the
Mitoni
ceremony
(seven
months),
Turun
Tanah
(ceremony
for
babies),
circumcision,
Mapedes
(Balinese
tooth
cutting
ceremony),
Datuk's
inauguration
ceremony,
and
Minangkabau
Pelaminan.,
Arts
and
Crafts
is
the
theme
of
the
third
floor
showroom.
This
room
displays
traditional
and
contemporary
Indonesian
arts
and
crafts.
Traditional
cloth
handicrafts
such
as
Songket,
Weaving,
and
Batik
were
exhibited,
as
were
metal
handicrafts
such
as
copper
and
brass
carvings.
Very
meticulous
and
intricate
wood
carvings
are
also
displayed,
such
as
the
carvings
of
Jepara
(Central
Java),
Bali,
Toraja,
and
Asmat.
The
main
art
item
on
the
third
floor
is
a
huge
wooden
carving
in
the
shape
of
a
Kalpataru,
a
living
tree.
The
tree
carvings
were
eight
meters
high
and
four
wide
(Original)
Museum
Indonesia,
adalah
museum antropologi dan etnologi yang
terletak
di Taman
Mini
Indonesia
Indah (TMII), Jakarta, Indonesia.
Museum
ini
berkonsentrasi
pada
seni
dan
budaya
berbagai
suku
bangsa
yang
menghuni Nusantara dan
membentuk
negara
kesatuan
Republik Indonesia.
Museum
ini
bergaya
arsitektur
Bali
dan
dihiasi
beraneka
ukiran
dan
patung
Bali
yang
sangat
halus
dan
indah.
Museum
ini
menyimpan
koleksi
beraneka
seni,
kerajinan,
pakaian
tradisional
dan
kontemporer
dari
berbagai
daerah
di
Indonesia.Museum
Indonesia
Bangunan
utama
Museum
Indonesia
yang
bergaya
arsitektur
Bali
Didirikan1975LokasiTaman
Mini
Indonesia
Indah, Jakarta, IndonesiaJenisMuseum Etnologi dan AntropologiSitus
webMuseum
Indonesia
Museum
ini
dirancang
sebagai
bagian
dari
kesatuan
kompleks Taman
Mini
Indonesia
Indah.
Bertujuan
sebagai
pusat
informasi
dan
pembelajaran
mengenai Kebudayaan
Indonesia,
sebagai
"satu
perhentian
untuk
belajar
mengenai
Indonesia".
Museum
dan
keseluruhan
komplks
TMII
dibangun
dan
kemudian
diresmikan
pada
tahun
1975
atas
prakarsa
Ibu Tien
Suharto.
Museum
ini
dihiasi
berbagai
ornamen
dan
patung
Bali
dan
bergaya
arsitektur
Bali
yang
sangat
indah.
Beberapa
gapura
besar
bergaya Paduraksa dan Candi
Bentar (gerbang
terbelah)
khas
Bali,
demikian
pula
beberapa
menara
sudut
menghiasi
kompleks
museum.
Taman
dan
bangunan
museum
mengambil
tema
kisah Ramayana,
misalnya
jembatan
menuju
bangunan
utama
berbentuk
ular Naga dan Wanara,
pasukan
kera
yang
membangun
jembatan
menuju Alengka.
Bangunan
utama
terdiri
atas
tiga
lantai
yang
berdasarkan
pada
falsafah
Bali Tri
Hita
Karana,
konsep
moral
yang
menekankan
pada
tiga
aspek
yang
dapat
membawa
manusia
kepada
kebahagiaan
sejati
yakni;
memelihara
hubungan
yang
harmonis
dengan
Tuhan,
dengan
sesama
manusia,
dan
dengan
alam
dan
lingkungan
sekitar
Ruang
pamer
permanen
Museum
Indonesia
memamerkan
koleksi
yang
terbagi
atas
tiga
bagian
yang
masing-masing
terletak
di
tiga
lantai.
Ruang
pamer
lantai
pertama
bertema Bhinneka
Tunggal
Ika (Berbeda-beda
tetapi
satu
jua).
Bagian
ini
menampilkan
pakaian
tradisional
dan
pakaian
pernikahan
dari
27
provinsi
di
Indonesia
(jumlah
provinsi
Indonesia
tahun
1975
sampai
2000).
Ruang
pamer
ini
juga
menampilkan
berbagai
kesenian
khas
Indonesia,
seperti
beraneka
ragam tari, wayang,
dan gamelan,
serta
lukisan
kaca
bergambar
peta
Indonesia.
Pameran
ini
menampilkan
kekayaan
dan
keanekaragaman
budaya
masyarakat
Indonesia,
yang
terdiri
atas
berbagai
bahasa,
tradisi,
agama,
budaya,
dan
adat
istiadat
masyarakat
Indonesia.Manusia
dan
Lingkungan adalah
tema
dari
ruang
pamer
di
lantai
kedua.
Bertujuan
untuk
menjelaskan
mengenai
interaksi
masyarakat
Indonesia
dengan
alam
dan
lingkungannya.
Dipamerkan
berbagai
rumah
miniatur
rumah
tradisional,
bangunan
peribadatan,
lumbung
padi,
dan
tata
letak
bangunan
dan
ruang
tinggal
masyarakat
Indonesia.
Sebagai
contoh,
rumah
panggung,
rumah
yang
didirikan
di
atas
pohon
atau
di
atas
sungai,
serta
bebagai
bangunan
tradisional
lainnya.
Diorama
dari
bagian
rumah
tradisional
Indonesia
juga
dipamerkan,
seperti
kamar
pengantin
adat Palembang,
ruang
tengah
masyarakat Jawa,
serta
dapur
masyarakat Batak.
Dipamerkan
pula
berbagai
benda
keperluan
sehari-hari
untuk
berburu,
mengumpulkan
makanan,
dan
alat-alat
pertanian.
Beberapa
diorama
menampilkan
upacara
adat
menyangkut
daur
hidup
manusia,
seperti
upacara Mitoni (nujuh
bulanan), Turun
Tanah (upacara
untuk
bayi), Khitanan, Mapedes (upacara
potong
gigi
masyarakat
Bali),
upacara
pelantikan
Datuk,
dan
Pelaminan Minangkabau.,
Seni
dan
Kriya adalah
tema
ruang
pamer
lantai
ketiga.
Ruangan
ini
menampilkan
seni
dan
kerajinan
tradisional
dan
kontemporer
masyarakat
Indonesia.
Kerajinan
kain
tradisional
seperti Songket, Tenun,
dan Batik dipamerkan,
demikian
juga
benda-benda
kerajinan
dari
logam
seperti
ukiran
tembaga
dan
kuningan.
Seni
ukir
kayu
yang
sangat
teliti
dan
rumit
juga
ditampilkan,
seperti
seni
ukir Jepara (Jawa
tengah), Bali, Toraja,
dan Asmat.
Benda
seni
utama
di
lantai
ketiga
adalah
ukiran
kayu
yang
sangat
besar
berbentuk Kalpataru,
pohon
hayat.
Ukiran
pohon
setinggi
delapan
meter
dan
lebar
empat