5/5 Hartono B. 2 years ago on Google
(Translated
by
Google)
The
Yogyakarta
Palace
was
founded
by
Sri
Sultan
Hamengkubuwana
I
in
1755,
as
a
result
of
the
Islamic
Mataram
split
with
the
Giyanti
Agreement.
The
Keraton
building
is
in
the
style
of
traditional
Javanese
architecture,
but
there
are
certain
parts
that
show
a
touch
of
foreign
culture
such
as
Portuguese,
Dutch
and
Chinese.
The
Yogyakarta
Palace
is
still
functioning
as
the
residence
of
the
sultan,
partly
as
a
museum
of
collections
belonging
to
the
sultanate.
The
Yogyakarta
Palace
still
maintains
cultural
heritage
such
as
traditional
ceremonies
and
other
ancient
objects.
Philosophical
and
mythological
values
still
surround
life
in
the
Yogyakarta
Palace.
The
admission
price
is
the
same
for
both
weekday
and
weekend
visits:
IDR
8,000,
open
every
day:
Friday-Sunday
11.00-17.00
WIB
Day:
Monday-Thursday
closed.
(Original)
Keraton
Yogyakarta
ini
didirikan
oleh
Sri Sultan
Hamengkubuwana
I pada
tahun 1755,
sebagai
akibat
perpecahan
Mataram
Islam
dengan
adanya Perjanjian
Giyanti.
Bangunan
Keraton
bergaya
arsitektur
Jawa
tradisional,
namun
ada
bagian
tertentu
terlihat
sentuhan
budaya
asing
seperti Portugis, Belanda
dan
Tiongkok.
Keraton
Yogyakarta
ini
masih
berfungsi
sebagai
tempat
tinggal
sultan,
sebagian
beralih
fungsi
sebagai
museum
benda-benda
koleksi
milik
kesultanan.
Keraton
Yogyakarta
masih
menjaga
warisan
budaya
seperti
kegiatan
upacara
adat,
dan
benda-benda
kuno
lainnya.
Nilai-nilai
filosofi
dan
mitologi
masih
melingkupi
kehidupan
di
Keraton
Yogyakarta.
Harga
tiket
masuk
diberlakukan
sama
baik
untuk
kunjungan
hari
biasa
maupun
akhir
pekan
:
Rp8.000,
buka
setiap
hari
:
Jumat-Minggu11.00-17.00
WIB
Hari
:
Senin-Kamis
libur.
3 people found this review helpful 👍